Senin, 19 November 2012

SISTEM KOMPUTER DALAM PERBANKAN

      Melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, banyak sekali permasalahan-permasalahan di dunia perbankan yang sering kita dengar. Kemajuan di bidang teknologi informasi dan komputer yang didukung dengan semakin lengkapnya infrastruktur informasi secara global, telah mengubah pola dan cara kegiatan masyarakat dalam berbagai aspek. Bagi dunia perbankan, hal tersebut telah mengubah strategi dan pola kegiatannya. Tidak dapat dibayangkan apabila perbankan yang mengelola jutaan nasabahnya harus melakukan kegiatannya tersebut secara manual dan tanpa bantuan komputer. Apalagi kini masyarakat tidak lagi harus menggunakan uang tunai dalam melakukan berbagai transaksi, namun cukup dengan sebuah “kartu pintar/smart card” atau “online transaction” dengan menggunakan sarana seperti e-commerce atau e-banking.
Dalam era globalisasi sekarang ini, di sektor perbankan semakin meningkat para investasi yang melakukan kegiatannya dengan menggunakan jasa perbankan. Akan tetapi kegiatan perbankan di dalam melayani kegiatan para investasi tersebut, tidak terlepas dari saran serta perangkat media elektronik berupa computer beserta perangkat internetnya, yang dapat menyebabkan terjadinya tindak kejahatan yang mengganggu sistem perbankan di Indonesia. Atas dasar tersebutlah maka dikenal CyberCrime yang merupakan kejahatan dengan menggunakan sarana media elektronik internet (kejahatan dunia alam maya) atau kejahatan dibidang komputer dengan secara illegal ditujukan kepada sistem atau jaringan komputer, yang mencakup segala bentuk baru kejahatan yang menggunakan bantuan sarana media elektronik internet (segala bentuk kejahatan dunia alam maya).
Kegiatan yang potensial menjadi target cybercrime dalam kegiatan perbankan antara lain adalah:
1)    Layanan pembayaran menggunakan kartu kredit pada situs-situs toko online.
2)    Layanan perbankan online (online banking).

Dalam kaitannya dengan cybercrime, maka sudut pandangnya adalah kejahatan internet yang menjadikan pihak bank, merchant, toko online atau nasabah sebagai korban, yang dapat terjadi karena maksud jahat seseorang yang memiliki kemampuan dalam bidang teknologi informasi, atau seseorang yang memanfaatkan kelengahan pihak bank, pihak merchant maupun pihak nasabah.
Contoh cybercrime dalam transaksi perbankan yang menggunakan sarana Internet sebagai basis transaksi adalah sistem layanan kartu kredit dan layanan perbankan online (online banking). Dalam sistem layanan yang pertama, yang perlu diwaspadai adalah tindak kejahatan yang dikenal dengan istilah carding. Prosesnya adalah sebagai berikut, pelaku carding memperoleh data kartu kredit korban secara tidak sah (illegal interception), dan kemudian menggunakan kartu kredit tersebut untuk berbelanja di toko online (forgery). Modus ini dapat terjadi akibat lemahnya sistem autentifikasi yang digunakan dalam memastikan identitas pemesan barang di toko online.
Saya menemukan tulisan yang membahas tentang maraknya perdagangan online yang beredar di berbagai situs jejaring sosial

Awas, Penipuan via Chatroom !!!
(oleh : Donny B.U.*)
     Suatu ketika, saya ditanya oleh seorang rekan saya di Asian Wall Street Journal, “apakah benar kini tingkat aktifitas carding di Indonesia sudah menurun?”. Carding  adalah aktifitas pembelian barang di Internet menggunakan kartu kredit bajakan. Dia bertanya lantaran informasi dan data yang dia terima memang seperti itu. Saya sempat ragu menjawabnya, sebab untuk tahun lalu, Indonesia berada pada posisi ke-2 teratas sebagai negara asal carder (pelaku carding) terbanyak di dunia, setelah Ukraina. Posisi tersebut merupakan hasil riset dari Clear Commerce Inc, sebuah perusahaan teknologi informasi (TI) yang berbasis di Texas, AS.
     Sejurus kemudian saya mulai mengingat-ingat modus operandi para carder dan aktifitas di chatroom pada umumnya. Lalu saya jawab ke rekan saya tersebut, “kalau berdasarkan data statistik memang ada penurunan aktifitas carding, tetapi tren tersebut lantaran adanya pergeseran modus operandi,”. Saat itu, saya sendiri tidak terlalu yakin, ke arah mana pergeseran tersebut. Saya hanya yakin bahwa aktifitas tindak kriminal di chatroom itu seolah-olah menganut hukum kekekalan energi, yaitu tidak akan hilang tetapi hanya berubah wujud.
     Sampai kemudian saya bersama dengan tim ICT Watch yang lain melakukan observasi lapangan ke beberapa chatroom carder serta menganalisa arsip e-mail dan log chatroom yang telah lama. Hasil observasi yang dilakukan sepanjang Maret 2003 tersebut menunjukkan kenyataan bahwa memang ada pergeseran modus operandi yang cukup signifikan dalam aktifitas ilegal di chatroom, khususnya dalam komunitas carder.

Observasi Lapangan
     Pada awalnya, chatroom memang sekedar sebuah media bagi para carder untuk bertukar data kartu kredit bajakan dan berjual-beli barang hasil carding. Tetapi, setelah banyak merchant di Internet yang enggan mengirimkan paket mereka ke Indonesia, maka banyak carder yang mulai kesulitan melakukan carding. Karena “kepepet” dan terbiasa mendapatkan uang secara mudah, kemudian mereka menggeser modus operandi mereka di chatroom yaitu dengan melakukan satu jenis penipuan yang belum banyak terungkap kasusnya di Indonesia. Mereka “seolah-olah” ingin menjual atau melepas barang-barang elektronik, semisal telepon selular (ponsel) ataupun notebook, yang didapatnya dari hasil melakukan carding.
     Para carder atau penjual tersebut akan menawarkan dagangannya melalui chatroom dengan keunggulan tertentu semisal “the package not even opened” (barang baru dan dus belum pernah dibuka) serta “cool prizes” (harga sangat murah dan bisa ditawar). Contohnya, sebuah notebook merek Sony VAIO yang harga aslinya mencapai Rp 15 juta, ditawarkan hanya senilai Rp 4 juta hingga Rp 5 juta saja. Kemudian ponsel Nokia seri terbaru yang harga aslinya masih Rp 6 juta, ditawarkan senilai Rp 1 juta hingga Rp 2 juta saja.
     Aksi promosi para penjual tersebut tidak pernah dilakukan di chatroom umum. Para penjual, termasuk para penipu, melakukan aksinya di chatroom khusus para carder. Ada banyak sekali chatroom carder, dengan puluhan hingga ratusan pengunjung perharinya. Di dalam chatroom tersebut, akan sangat mudah kita dapatkan beratus nomor kartu kredit bajakan, lengkap dengan data pemilik serta fasilitas pengecekan 3 (tiga) digit rahasia CVV2 yang hanya terdapat di bagian belakang kartu kredit dan tidak timbul (embossed).
     Tentu saja dengan keunggulan yang ditawarkan oleh penjual tersebut, para pengunjung chatroom akan mudah tergiur. Kemudian pengunjung yang tertarik, atau tepatnya calon pembeli, akan melakukan private message ke nickname penjual tersebut untuk melakukan negosiasi harga. Jika telah tercapai kesepakatan, maka si penjual tersebut akan meminta kepada si calon pembeli/korban untuk mengirimkan sejumlah uang sebagai tanda jadi atau sebagai uang muka atau sebagai ongkos kirim. Besarnya relatif, dari sekitar Rp 500 ribu (US$ 50) hingga Rp 1 juta (US$ 100).
     Jika calon pembeli sepakat, maka penjual akan bertukar alamat e-mail dan MSN Messanger atau Yahoo Messanger dengan calon pembeli, guna kontak lebih lanjut dan untuk bertukar alamat domisili masing-masing. Gunanya alamat domisili tersebut adalah untuk alamat pengiriman uang dan alamat pengiriman barang. Selanjutnya, penjual akan meminta kepada calon pembeli untuk segera menghubungi dirinya melalui e-mail apabila uangnya telah dikirimkan, dengan tujuan agar dirinya bisa segera mengirimkan barang yang dipesan.

     Celakanya, setelah uang tersebut dikirimkan, barang yang dinanti tak kunjung datang. Maka si calon pembeli tersebut pun menjadi korban penipuan si penjual tersebut.
     Jika penipuan telah terjadi, posisi korban sangatlah sulit. Korban tidak dapat atau enggan melaporkan kasus penipuan tersebut kepada aparat penegak hukum karena transaksi yang dilakukannya adalah transaksi atas barang yang ilegal, sehingga tidak dapat dilindungi oleh hukum. Selain itu korban akan kesulitan mengidentifikasi penipunya, karena transaksi yang dilakukannya melalui Internet dan tanpa bukti otentik hitam di atas putih. Faktor lainnya adalah belum banyaknya pihak aparat penegak hukum yang mengetahui seluk-beluk Internet, termasuk modus operandi penipuan melalui chatroom tersebut.
     Untuk lebih meyakinkan dan membuktikan analisa di atas, dalam satu kesempatan, tepatnya pada minggu ke-4 Maret 2003, tim ICT Watch sepakat untuk benar-benar melakukan negosiasi dan transaksi dengan salah seorang penjual di chatroom #thacc pada server DALnet. Penjual yang menggunakan nickname “tuyulcarder” tersebut menawarkan sebuah notebook Sony dan sebuah ponsel Nokia. Melalui private message penjual tersebut mengaku dirinya saat itu sedang berada di kota Salatiga. Padahal berdasarkan analisa tim ICT Watch pada log chatroom, penjual tersebut sebenarnya menggunakan akses Internet di warnet Intersat di bilangan jalan Adisucipto - Jogja.
     Meskipun demikian, tim ICT Watch terus melakukan negosiasi melalui chatting dan dilanjutkan dengan menghubungi ponselnya. Kemudian penjual tersebut menyatakan bahwa dirinya sendiri yang akan mengantarkan barang pesanan tersebut ke Jakarta pada keesokan harinya. Kemudian dia meminta untuk ditransfer sejumlah dana ke rekeningny di Bank BCA sebagai uang muka. Maka tim ICT Watch melakukan transfer sejumlah dana melalui fasilitas KlikBCA ke rekeningnya di Bank BCA dengan 3 digit awal nomor rekening tersebut adalah “456”, dengan inisial pemilik rekening tersebut adalah “BMEH”.
     Akhirnya perkiraan tim ICT Watch terbukti, lantaran setelah dana tersebut ditransfer, barang pesanan tak kunjung diantarkan walaupun telah ditunggu hingga beberapa hari kemudian. Ponsel milik penjual tersebut pun menjadi tidak dapat dihubungi sama sekali.
     Ada 5 (lima) fakta menarik lainnya yang berhasil ditemukan tim ICT Watch saat melakukan observasi langsung ke beberapa chatroom carder di server DALnet, yaitu:
1.     Beberapa penjual akan meminta calon pembeli untuk melakukan transfer ke sebuah alamat tujuan di negara Rumania, Bulgaria bahkan India. Transfer tersebut selalu diminta melalui Western Union (WU). Para penjual akan mencoba meyakinkan calon pembeli/korban bahwa dirinya tidak akan dapat mengambil uang yang ditransfer melalui WU tanpa adanya Money Transfer Control Number (MTCN) yang dipegang oleh pengirim uang. Padahal, menurut informasi yang diperoleh ICT Watch, tidak semua negara mengharuskan para pengambil uang di WU harus menyebutkan MTCN.
2.     Selain itu, para penjual umumnya menggunakan bahasa Inggris. Walaupun demikian, dari hasil analisa log chatroom, terdapat sejumlah kejanggalan pada percakapan yang terjadi. Misalnya, ada kesan “copy-paste” terhadap jawaban dari penjual, penjual selalu terburu-buru ingin menyelesaikan negosiasi dan terkadang ada aksen-aksen bahasa Indonesia yang terselip ditengah percakapan.
3.     Yang menarik adalah keberadaan penjual yang menggunakan nickname asing, berbahasa Inggris serta menyebutkan alamat tujuan pengiriman uang ke Rumania, tetapi alamat Internet Protocol (IP) yang digunakannya adalah alamat IP milik Internet Service Provider (ISP) Centrin di Indonesia yaitu 202.146.226.xxx. Ada pula seorang penjual, yang lagi-lagi berbahasa Inggris, menyatakan dirinya berdomisili di Malaysia, tetapi beralamat IP milik kampus ITB - Bandung.
4.     Kemudian ada indikasi pula bahwa modus operandi penipuan melalui chatroom ini telah menggunakan konsep “agen” ataupun “sindikat”. Pasalnya, ditemukan fakta bahwa terdapat 2 (dua) atau lebih penjual yang berbeda, dibuktikan dengan IP yang berbeda serta secara terpisah melakukan negosiasi dengan ICT Watch dalam waktu yang bersamaan, menyebutkan sebuah alamat pentransferan dana di Rumania yang sama persis. Anehnya lagi, salah seorang dari mereka menggunakan IP Centrin.
5.     Fakta lain adalah kini ada semacam “keberanian” dari para penjual untuk bertransaksi, khususnya pada hal pentransferan dana yang sudah mulai banyak menggunakan bank dalam negeri semisal BCA, Lippo Bank ataupun Bank Mandiri. Meskipun demikian, para penjual tersebut tetap berusaha untuk mengaburkan identitas jati dirinya, dengan melakukan IP-spoofing dan/ atau menggunakan warung internet (warnet) saat melakukan aksinya.
     Berdasarkan pada temuan fakta di lapangan tersebut, maka memang benar bahwa aktifitas carding secara kuantitatif mengalami penurunan. Penurunan tersebut tidak secara otomatis menunjukkan keberhasilan dari pihak yang berwenang dalam mengatasi carding, tetapi lebih disebabkan karena adanya pergeseran modus operandi kejahatan melalui chatroom dan enggannya korban melapor ke aparat penegak hukum.


*) Penulis adalah Koordinator ICT Watch dan jurnalis TI independen. Dapat dihubungi  melalui e-mail donnybu@ictwatch.com. Tulisan ini pernah dimuat oleh majalah Bisnis Komputer, Oktober 2003. Tulisan ini bebas dikutip asal menyebutkan sumbernya.
Dalam kegiatan sistem layanan yang kedua yaitu perbankan online (online banking). Modus yang pernah muncul di Indonesia dikenal dengan istilah typosite yang memanfaatkan kelengahan nasabah yang salah mengetikkan alamat bank online yang ingin diaksesnya. Pelakunya sudah menyiapkan situs palsu yang mirip dengan situs asli bank online (forgery). Jika ada nasabah yang salah ketik dan masuk ke situs bank palsu tersebut, maka pelaku akan merekam user ID dan password nasabah tersebut untuk digunakan mengakses ke situs yang sebenarnya (illegal access) dengan maksud untuk merugikan nasabah. Misalnya yang dituju adalah situs www.klikbca.com, namun ternyata nasabah salah mengetik menjadi www.klickbca.com.

Beberapa contoh lain dari illegal interception yaitu antara lain:
•)   Penggunaan kartu asli yang tidak diterima oleh pemegang kartu sesungguhnya (Non received card)
•)   Kartu asli hasil curian/temuan (lost/stolen card)
•)   Kartu asli yang diubah datanya (altered card)
•)   Kartu kredit palsu (totally counterfeit)
•)   Menggunakan kartu kredit polos yang menggunakan data-data asli (white plastic card)
•)   Penggandaan sales draft oleh oknum pedagang kemudian diserahkan kepada oknum merchant lainnya untuk diisi dengan transaksi fiktif (record of charge pumping atau multiple imprint), dll.
Salah satu permasalahan perbankan yang hingga kini belum banyak diantisipasi adalah kegagalan transaksi perbankan melalui teknologi informasi (technology fraud) yang dalam risiko perbankan masuk kategori sebagai risiko operasional.
Strategic Indonesia mencatat, dalam kuartal I 2011 telah terjadi sembilan kasus pembobolan bank di berbagai industri perbankan.
os Luhukay, pengamat Perbankan Strategic Indonesia, mengatakan, modus kejahatan perbankan bukan hanya soal penipuan (fraud), tetapi lemahnya pengawasan internal control bank terhadap sumber daya manusia juga menjadi titik celah kejahatan perbankan. "Internal control menjadi masalah utama perbankan. Bank Indonesia harus mengatur standard operating procedure (SOP)," kata Jos Luhukay, Senin (2/5/2011).
Berikut adalah sembilan kasus perbankan pada kuartal pertama yang dihimpun oleh Strategic Indonesia melalui Badan Reserse Kriminal Mabes Polri:
1.   Pembobolan Kantor Kas Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tamini Square. Melibatkan supervisor kantor kas tersebut dibantu empat tersangka dari luar bank. Modusnya, membuka rekening atas nama tersangka di luar bank. Uang ditransfer ke rekening tersebut sebesar 6 juta dollar AS. Kemudian uang ditukar dengan dollar hitam (dollar AS palsu berwarna hitam) menjadi 60 juta dollar AS.
2.   Pemberian kredit dengan dokumen dan jaminan fiktif pada Bank Internasional Indonesia (BII) pada 31 Januari 2011. Melibatkan account officer BII Cabang Pangeran Jayakarta. Total kerugian Rp 3,6 miliar.
3.   Pencairan deposito dan melarikan pembobolan tabungan nasabah Bank Mandiri. Melibatkan lima tersangka, salah satunya customer service bank tersebut. Modusnya memalsukan tanda tangan di slip penarikan, kemudian ditransfer ke rekening tersangka. Kasus yang dilaporkan 1 Februari 2011, dengan nilai kerugian Rp 18 miliar.
4.   Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Margonda Depok. Tersangka seorang wakil pimpinan BNI cabang tersebut. Modusnya, tersangka mengirim berita teleks palsu berisi perintah memindahkan slip surat keputusan kredit dengan membuka rekening peminjaman modal kerja.
5.   Pencairan deposito Rp 6 miliar milik nasabah oleh pengurus BPR tanpa sepengetahuan pemiliknya di BPR Pundi Artha Sejahtera, Bekasi, Jawa Barat. Pada saat jatuh tempo deposito itu tidak ada dana. Kasus ini melibatkan Direktur Utama BPR, dua komisaris, komisaris utama, dan seorang pelaku dari luar bank.
6.   Pada 9 Maret terjadi pada Bank Danamon. Modusnya head teller Bank Danamon Cabang Menara Bank Danamon menarik uang kas nasabah berulang-ulang sebesar Rp 1,9 miliar dan 110.000 dollar AS.
7.   Penggelapan dana nasabah yang dilakukan Kepala Operasi Panin Bank Cabang Metro Sunter dengan mengalirkan dana ke rekening pribadi. Kerugian bank Rp 2,5 miliar.
8.   Pembobolan uang nasabah prioritas Citibank Landmark senilai Rp 16,63 miliar yang dilakukan senior relationship manager (RM) bank tersebut. Inong Malinda Dee, selaku RM, menarik dana nasabah tanpa sepengetahuan pemilik melalui slip penarikan kosong yang sudah ditandatangani nasabah.
9.   Konspirasi kecurangan investasi/deposito senilai Rp 111 miliar untuk kepentingan pribadi Kepala Cabang Bank Mega Jababeka dan Direktur Keuangan PT Elnusa Tbk.
Pendapat
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dalam dunia perbankan yang semakin canggih, proses operasional sebagian besar bank saat ini dilakukan selama 24 jam tanpa mengenal batasan jarak, khususnya bagi bank-bank yang telah dapat melakukan aktivitas operasionalnya melalui delivery channels, misalnya ATM, internet banking, phone banking, dan jenis transaksi media elektronik banking lainnya.
Seperti halnya pada Bank Indonesia, sebagai otoritas moneter Bank Indonesia telah mendorong bank-bank untuk memanfaatkan medium teknologi informasi seperti internet dalam menjalankan transparansi guna mencapai good corporate governance di industri perbankan nasional. Dalam peraturan Bank Indonesia, secara jelas meminta bank-bank untuk memanfaatkan media internet, yaitu homepage atau website yang dimiliki dan dikelolanya, dan mewajibkan untuk menampilkan laporan keuangannya di media Internet sebagai upaya meningkatkan transparansi.
Penggunaan teknologi di bank seperti ATM , mobile ATM, internet banking, website, dan transaksi via email, merupakan bentuk pelayanan bank yang diharapkan dapat memudahkan nasabah. Bahkan nasabah sekarang ini banyak melakukan transaksi perbankan melalui saluran elektronik (electronic chanel) teknologi informasi yang memiliki serangkaian keunggulan. Selain praktis, cara ini dapat menghemat biaya. Meskpun demikian, transaksi dengan memanfaatkan teknologi informasi itu juga memunyai potensi kegagalan atau dampak negatif yang justru menyebabkan kerugian bagi nasabah.
Munculnya permasalahan kejahatan perbankan (cybercrime) juga harus didukung adanya aturan yang memadai, baik yang dikeluarkan oleh badan regulasi yang terkait seperti Bank Indonesia maupun oleh badan semacam self regulatory body.

Sumber :

Selasa, 12 Juni 2012

Adil kah BBM untuk rakyat kecil ?
Baru-baru ini, pemerintah Indonesia akan menaikkan harga BBM dengan mengurangi subsidi BBM karena meningkatnya harga minyak dunia. Hitung-hitungan tentang subsidi BBM pun masih menjadi perdebatan, ada yang versi pemerintah ada yang versi kaum oposisi. Yang dimaksud dengan Oposisi yaitu Opposition lazim di bahasa Indonesiakan menjadi oposisi. Kata itu berasal dari bahasa Latin oppōnere, yang berarti to set against, menentang, menolak, atau melawan .
Kembali ke topik diatas,  mana yang bisa dipercaya?  sampai saat ini saya masih percaya pada versi pemerintah, karena disini pemerintah adalah pelaku langsung. Bukan berarti pihak oposisi salah, tapi mestinya melakukan counter dengan pengecekan/cross check data pemerintah dengan yang ada di lapangan. Pemerintah juga harus aktif memberikan respons atas cross check tersebut. Dengan loop seperti itu, maka akan diperoleh transparansi, dan kepercayaan rakyat meningkat.
Indonesia sebagai negara berkembang juga harus mampu menstabilkan perekonomian negara ini. Dimana perekonomian terjaga dan tidak memberatkan pihak manapun, mengurangi subsidi BBM memang setidaknya mampu menstabilkan perekonomian bangsa ini. Menurut saya, yah mungkin juga untuk mengontrol jumlah kendaraan dan mesin-mesin yang digunakan di negara ini. Maka dari itu semua mari bersatu berjuang untuk keluar dari masalah ini.
 Bila negara ini hancur, maka rakyatnya juga ikut hancur, bukan begitu? Emosi harus diredam dulu lihat apa yang terjadi pahami semua, baru bertindak dan bila emosi didahulukan tak ada yang akan selesei malah akan menjadi parah. Negara ini sudah krisis, antara masyarakat elite dan bawah tidak ada kekompakan.
Di tengah perekonomian Indonesia yang sedang maju, mudah untuk melupakan bahwa sebenarnya kita masih memiliki banyak pekerjaan rumah lain untuk diselesaikan. Masalah kemanusiaan terhadap etnis dan kelompok minoritas tertentu termasuk menjadi salah satunya. Untuk Indonesia bisa menjadi negara maju, dibutuhkan partisipasi dari setiap elemen masyarakat dari berbagai etnis dan golongan yaitu seperti, buruh, guru, pemuka agama, pengusaha, profesional dan lain - lain. Supaya partisipasi masyarakat ini didapatkan, dibutuhkan kepercayaan terhadap kompetensi pemerintah untuk melindungi hak setiap warga negara.
Pemerintah harus memberikan jaminan, bahwa pemerintah akan melindungi hak setiap warga negaranya tanpa kecuali. Barulah setelah masyarakat mendapatkan jaminan ‘no one gets left behind’ atau ‘tidak ada seorang / satu golongan pun, yang akan ditinggalkan / diabaikan’, barulah semua golongan - golongan yang menjadi sendi dan tulang punggung pembangunan bangsa ini dapat berpartisipasi penuh dengan harmonis. Toh, Indonesia adalah negara yang berdiri bukan atas dasar kesatuan etnis, bahasa daerah, dan agama jadi untuk keberlanjutan Indonesia sendiri di masa depan, dibutuhkan jaminan dari pemerintah bahwa pemerintah tidak akan pernah mundur dari memperjuangkan nasib satupun orang Indonesia apapun latar belakangnya.
Tanpa jaminan di ataspun pembangunan bangsa dapat tetap dilakukan,  kemajuan ekonomi, dan teknologi dapat dicapai tanpa jaminan keadilan social. Tapi pada waktunya, masyarakat akan yang seperti ini akan terpecah lagi menjadi golongan borjuis elitis yang apatis dan golongan proletar yang radikal, konflik sosial akan terjadi lagi. Pada waktu ini terjadi, kepercayaan asing dan masyarakat kepada pemerintah akan runtuh, dan kemajuan ekonomi yang semula digembar-gemborkan akan terjungkal kembali ke level yang mungkin bahkan lebih rendah dari awal perjalanan kita.
Daripada kemajuan, jika hal ini dibiarkan, chance nya adalah mungkin kita akan malah mengalami kemunduran setelah periode ini. Jika begitu, apa itu tidak berarti bahwa kemajuan yang demikian adalah kemajuan yang semu? Dilihat di atas kertas, pertumbuhan ekonomi sampai 6.5% memang luar biasa dibandingkan dengan negara seperti Singapura misalnya, yang meramalkan pertumbuhannya hanya sebesar 2.5%. Momentum pertumbuhan ekonomi yang baik ini akan runtuh jika isu-isu sosial yang menjadi fondasinya keropos. Pertumbuhan ekonomi selama satu tahun bisa jadi akan berbalik di tahun-tahun berikutnya, dan selama pondasi keadilan sosial masih keropos, ancaman kerusuhan dan konflik sosial akan selalu kembali dalam setiap periode .
Tugas untuk aparat adalah menjaga kesatuan bangsa, termasuk di dalamnya meredam konflik sosial antar golongan secara fisik -pergerakan secara nonfisik adalah tanggung jawab dari kita semua juga dan rasanya bisa disepakati bahwa beberapa public office yang sifatnya fisik jauh lebih murah harganya dibandingkan nyawa orang-orang yang tewas di konflik yang sudah lalu. Gedung akan selalu dapat dibangun kembali, dalam skala yang lebih megah kalau perlu, sebagai seorang sarjana arsitektur saya yakinkan itu. Di lain pihak, kepercayaan bukanlah sesuatu yang bisa ‘dibangun’ kembali dengan mudah, dan nyawa manusia bukanlah sesuatu yang bisa dikembalikan jika sudah diambil. Memang penting menjaga gedung-gedung, dan pejabat-pejabat yang bisa dikatakan ’simbol’ pemerintahan yang sedang berdaulat di Indonesia, tapi jangan lupakan rakyat Indonesia yang terjebak di ‘crossfire’, toh baik demonstran, polisi, pejabat, dan rakyat yang mungkin terlibat di sini adalah juga rakyat Indonesia.

Rabu, 18 April 2012

Solusi Putus Tali Gas Di jalan


Saya hanya ingin share saja kepada rekan rekan yang mungkin belum mengetahui solusi pada saat tali gas motor anda putus di jalan dan jauh dari bengkel , bila putus kabel gas di jalan cukup mudah untuk menyambungkan nya kembali , hanya dengan benang jahit dan lem powerglue . langkah – langkah untuk mempraktekan nya :
·        Pertama – tama tentu buka bodi motor yg biasanya menggunakan obeng untuk membuka nya , setelah bodi terbuka
·        Kemudian buka skep karburator nya , cara membuka nya diputar kalau matic biasanya menggunakan obeng + untuk membukanya (kaburator vacuum)
·        Setelah itu lihat ujung tali gas yg putus , kalau tidak rata rapihkan ujung nya sampai terbentuk rapih, karena akan di gulung menggunakan benang jadi harus rata
·        Langkah yang terakhir yaitu beri lem sedikit pada ujunng tali gas yg sudah di rapihkan tadi sedikit saja , lalu lilitkan benang dan ikat 1 kali terlebih dahulu supaya tidak berubah posisi . kemudian setelah di ikat 1 kali beri lem lagi di ikatan tersebut lalu gulung hingga benang menumpuk dan pastikan gulungan nya pas dengan lubang yang ada di skep karburator nya.
·        Lalu tekan - tekan menggunakan tang gulungan benang tadi setelah lem mengering, supaya padat  ( jangan terlalu keras )
·        Setelah itu pasang kembali skep dan bodi seperti semula
Selesai sudah tali gas sudah tersambung kembali tanpa harus ke bengkel :D

Perhatikan Rantai Motor Kendor


  Sudah menjadi hal yang sangat wajar jika ketegangan rantai motor kita akan kendor dalam jangka waktu pakai tertentu. Dalam hal ini kondisi seperti ini kita sebut sebagai kondisi rantai melar atau bertambah panjang
Kejadian ini bisa disebabkan oleh dua hal utama, yakni karena rantai sudah haus akibat terlalu sering dibebani beban yang terlampau berat atau karena mur pengencang as roda belakang kendur, sehingga as dengan mudah tertarik perlahan lahan menuju arah tarikan dari depan. Tetapi pada kasus kedua ini, kondisi rantai bisa disimpulkan masih dalam kondisi layak pakai.
Sangat mudah mengembalikan ke kondisi layak pakai awal, dimana kita bisa cukup penyetelan ulang atas ketenggangannya dengan mengendurkan as roda belakang, lantas menyetel kembali posisi as rodanya mundur dengan bantuan pemutaran searah jarum jam atas mur penyetel di swing arm.
Berbeda dengan kasus yang pertama, dimana setelah as roda dimundurkan mentok tapi masih kendur juga, bisa dipastikan jika kondisi perangkat rantai sudah sangatlah aus sehingga terjadi kelonggaran atas rangkaian matanya
Ternyata cara penuntasan dengan memotong rantai yang terlampau kendor sangatlah tidak disarankan dan harusnya dilakukan penggantian dengan rantai yang baru. Intinya adalah masalah keamanan, karena dalam kondisi melar tentunya komponen seperti roller, klip pengikat dan lainnya sudah aus parah, kana berbahaya jika sewaktu – waktu putus dan menjerat gear karena rantai melilit swing arm, bayangkan jika kejadian ini terjadi saat kamu meluncur pada kecepatan tinggi.
Kecuali mata gear sproketnya masih tumpul atau tebal tidak perlu diganti .Yang terpenting dari semuanya adalah etika perawatan rantai yang harus diperhatikan. Lakukan pembersihan teratur agar debu atau kotoran tidak lama menempel di rantai dan jangan sampai salah pilih memilih pelumas rantai yang paling tepat, yakni dengan chainlube