Penalaran Deduktif Penilisan Ilmiah
1.
Abstaksi
Alat
ini merupakan alat pemantau keadaan di dalam ruangan dengan menggunakan kamera
dan dua buah sensor pendeteksi gerak. Sensor pendeteksi gerak yang digunakan
pada alat ini berupa sensor PIR (Passive Infrared Receiver). Benda yang bisa
dideteksi oleh sensor ini biasanya adalah tubuh manusia. Kedua sensor ini akan
diletakkan di dua sudut berbeda, sehingga memungkinkan sensor dapat mendeteksi
gerakan tidak hanya di satu tempat saja. Hasil pendeteksian ini kemudian akan
dikirimkan ke mikrokontroler untuk diproses.
Di
dalam mikrokontroler, input dari sensor akan di olah menggunakan logika
pemrograman. Dari hasil pengolahan inilah maka akan dapat mendeteksi arah
dimana gerakan berasal, sehingga dapat mengarahkan kamera pemantau mengarah ke
arah sumber gerakan tersebut.
2.
Latar
Belakang
Seiring
berkembang pesatnya teknologi, maka berbagai macam varian mikrokontroler pun
terus dikembangkan demi memenuhi kebutuhan akan sistem otomatisasi atau
robotika dalam kehidupan sehari – hari. Sistem otomatisasi yang dimaksudkan
dapat berupa perancangan sebuah alat untuk membantu berbagai pekerjaan manusia,
sehingga kedepannya dapat meningkatkan produktifitas dalam setiap pekerjaan.
Diantara
banyaknya pekerjaan tersebut maka sistem keamanan merupakan salah salah satu
implementasinya. Sistem ini dapat berupa Perancangan
Alat Pemantau Ruangan Dengan Pendeteksi Gerak Dengan Menggunakan Sensor Pir
Berbasis Raspberry Pi. Rancangan alat pemantau ini dapat bekerja dengan
mendeteksi adanya gerakan di berbagai sudut ruangan, sehingga jika di salah
satu sudut ruangan terdeteksi adanya gerakan maka secara otomatis kamera
pemantau akan mengarahkan pada sudut yang terdeteksi tersebut.
3.
Batasan
Masalah
Sensor
yang digunakan pada alat ini adalah sensor gerak (Sensor PIR), sensor ini dapat
menangkap energi panas dari pancaran sinar inframerah pasif yang berasal tubuh
manusia kira – kira 32 derajat celcius. Terdapat dua buah sensor yang
diletakkan di dua tempat yang berbeda. Kemudian hasil dari sensor inilah yang
nantinya akan dikirim ke mikrokontroler untuk dapat mendeteksi arah dari
gerakan tersebut.
Setelah
data di proses dan arah dari gerakan tersebut terdeteksi, selanjutnya
mikrokontroler akan melakukan intruksi untuk menggerakkan putaran motor yang
diletakan pada kamera pemantau ke arah sumber gerakan itu terdeteksi.
4.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan ilmiah ini yaitu untuk membuat sebuah alat untuk memantau
keamanan dengan menggunakan kamera sebagai pemantau keadaan ruangan tersebut.
Sudut pengambilan gambar pada kamera ini didasarkan pada sistem pendeteksi
gerak melalui sensor pir yang di letakkan di dua sudut ruangan yang berbeda.
Sehingga nantinya diharapkan sistem keamanan ini dapat menjangkau sudut
pemantauan hingga 360 derajat.
5.
Metode
Penelitian
Dalam penulisan ini
ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian, diantaranya adalah :
a.
Study
Pustaka, untuk melakukan penulisan ilmiah ini penulis
mengambil data – data yang berasal dari berbagai macam sumber seperti buku,
internet dan literatur – literatul lain yang berkaitan dengam teori dasar dari
perancangan alat yang sedang dibuat.
b.
Studi
Lapangan, yaitu dengan melakukan pengamatan, penelitian, dan
pengumpulan data, sehingga memperoleh data yang lebih akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan untuk kemudian di analisa.
c.
Konsultasi,
yaitu
dengan melakukan konsultasi ke berbagai narasumber yang lebih berpengalaman
dalam bidang yang sedang diteliti.
6.
Hasil
yang Di Harapkan
Dari pembuatan
alat ini, penulis mengharapkan alat ini dapat digunakan untuk meningkatkan
pengamanan, baik di rumah atau di dalam ruangan yang cukup luas, sehingga kita
tidak perlu memasang dua atau lebih kamera pengaman untuk menjangkau setiap
sudut ruangan.
Silogisme
dan Entimen
·
Pengertian
Silogisme
Silogisme adalah
suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua
proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
·
Jenis-jenis
silogisme
1.
Berdasarkan bentuknya :
a. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua
proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut
dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di
antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Silogisme
kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan menjadi premis mayor (premis yang
termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi
subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term
penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan
membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme
Katagorik.
§ Apabila
salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Sebagian makanan tidak
menyehatkan (minor).
Sebagian
makanan tidak halal dimakan (konklusi).
§ Apabila
salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Sebagian pejabat korupsi
(minor).
Sebagian
pejabat tidak disenangi (konklusi).
§ Apabila
kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Bambang
adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak
bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat
kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
§ Apabila
kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini
dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kedua premis tersebut tidak
mempunyai kesimpulan
§ Apabila
term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil
kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin.
Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
§ Term-predikat
dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya.
Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau
adalah binatang.(premis 1)
Kambing
bukan kerbau.(premis 2)
Kambing bukan
binatang ?
Binatang pada konklusi
merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
§ Term
penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila
term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di
langit.(mayor)
Januari
adalah bulan.(minor)
Januari
bersinar dilangit?
§ Silogisme
harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa
diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah
binatang.(premis 1)
Domba adalah
binatang.(premis 2)
Beringin adalah
tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah
tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak
dapat diturunkan kesimpulannya
b. Silogisme Hipotetik
Silogisme
hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe
silogisme hipotetik:
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Sekarang
hujan.(minor)
Saya
naik becak (konklusi).
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Sekarang
bumi telah basah (minor).
Hujan
telah turun (konklusi)
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
Kegelisahan
tidak akan timbul.
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
Mahasiswa
tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum
Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih
mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan
kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme hipotetik adalah:
- Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
- Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
c. Silogisme Alternatif
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Jadi, Nenek Sumi
tidak berada di Bogor.
d. Entimen
Silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Contoh
entimen:
·
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah
menang dalam sayembara itu.
·
Anda telah memenangkan sayembara ini, karena
itu Anda berhak menerima hadiahnya.
e. Silogisme Disjungtif
Silogisme
disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif
sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme
hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang
semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
·
Silogisme disyungtif dalam arti sempit
Silogisme
disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif
kontradiktif.
Contoh:
Heri jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata Heri berbohong.(premis2)
Ia tidak jujur (konklusi).
·
Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme
disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif.
Contoh:
Ternyata tidak di rumah.(premis2)
Hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum
Silogisme Disjungtif
·
Silogisme disjungtif dalam arti sempit,
konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata Hasan berbaju putih.
Hasan bukan tidak berbaju putih.
·
Silogisme disjungtif dalam arti luas,
kebenaran konklusinya adalah
1.
Bila premis minor mengakui salah satu
alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi menjadi guru atau pelaut.
Budi
adalah guru.
Maka Budi bukan pelaut.
2.
Bila premis minor mengingkari salah satu
alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
Dia lari ke Solo?
Konklusi
yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar