Sabtu, 29 Maret 2014

Bahasa Indonesia 2 ( Soft Skill )



Penalaran Deduktif Penilisan Ilmiah
1.    Abstaksi
Alat ini merupakan alat pemantau keadaan di dalam ruangan dengan menggunakan kamera dan dua buah sensor pendeteksi gerak. Sensor pendeteksi gerak yang digunakan pada alat ini berupa sensor PIR (Passive Infrared Receiver). Benda yang bisa dideteksi oleh sensor ini biasanya adalah tubuh manusia. Kedua sensor ini akan diletakkan di dua sudut berbeda, sehingga memungkinkan sensor dapat mendeteksi gerakan tidak hanya di satu tempat saja. Hasil pendeteksian ini kemudian akan dikirimkan ke mikrokontroler untuk diproses.
Di dalam mikrokontroler, input dari sensor akan di olah menggunakan logika pemrograman. Dari hasil pengolahan inilah maka akan dapat mendeteksi arah dimana gerakan berasal, sehingga dapat mengarahkan kamera pemantau mengarah ke arah sumber gerakan tersebut.

2.    Latar Belakang
Seiring berkembang pesatnya teknologi, maka berbagai macam varian mikrokontroler pun terus dikembangkan demi memenuhi kebutuhan akan sistem otomatisasi atau robotika dalam kehidupan sehari – hari. Sistem otomatisasi yang dimaksudkan dapat berupa perancangan sebuah alat untuk membantu berbagai pekerjaan manusia, sehingga kedepannya dapat meningkatkan produktifitas dalam setiap pekerjaan.
Diantara banyaknya pekerjaan tersebut maka sistem keamanan merupakan salah salah satu implementasinya. Sistem ini dapat berupa Perancangan Alat Pemantau Ruangan Dengan Pendeteksi Gerak Dengan Menggunakan Sensor Pir Berbasis Raspberry Pi. Rancangan alat pemantau ini dapat bekerja dengan mendeteksi adanya gerakan di berbagai sudut ruangan, sehingga jika di salah satu sudut ruangan terdeteksi adanya gerakan maka secara otomatis kamera pemantau akan mengarahkan pada sudut yang terdeteksi tersebut.






3.    Batasan Masalah
Sensor yang digunakan pada alat ini adalah sensor gerak (Sensor PIR), sensor ini dapat menangkap energi panas dari pancaran sinar inframerah pasif yang berasal tubuh manusia kira – kira 32 derajat celcius. Terdapat dua buah sensor yang diletakkan di dua tempat yang berbeda. Kemudian hasil dari sensor inilah yang nantinya akan dikirim ke mikrokontroler untuk dapat mendeteksi arah dari gerakan tersebut.
Setelah data di proses dan arah dari gerakan tersebut terdeteksi, selanjutnya mikrokontroler akan melakukan intruksi untuk menggerakkan putaran motor yang diletakan pada kamera pemantau ke arah sumber gerakan itu terdeteksi.

4.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ilmiah ini yaitu untuk membuat sebuah alat untuk memantau keamanan dengan menggunakan kamera sebagai pemantau keadaan ruangan tersebut. Sudut pengambilan gambar pada kamera ini didasarkan pada sistem pendeteksi gerak melalui sensor pir yang di letakkan di dua sudut ruangan yang berbeda. Sehingga nantinya diharapkan sistem keamanan ini dapat menjangkau sudut pemantauan hingga 360 derajat.

5.    Metode Penelitian
Dalam penulisan ini ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian, diantaranya adalah :
a.      Study Pustaka, untuk melakukan penulisan ilmiah ini penulis mengambil data – data yang berasal dari berbagai macam sumber seperti buku, internet dan literatur – literatul lain yang berkaitan dengam teori dasar dari perancangan alat yang sedang dibuat.
b.      Studi Lapangan, yaitu dengan melakukan pengamatan, penelitian, dan pengumpulan data, sehingga memperoleh data yang lebih akurat dan dapat dipertanggung jawabkan untuk kemudian di analisa.
c.       Konsultasi, yaitu dengan melakukan konsultasi ke berbagai narasumber yang lebih berpengalaman dalam bidang yang sedang diteliti.

6.    Hasil yang Di Harapkan
Dari pembuatan alat ini, penulis mengharapkan alat ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengamanan, baik di rumah atau di dalam ruangan yang cukup luas, sehingga kita tidak perlu memasang dua atau lebih kamera pengaman untuk menjangkau setiap sudut ruangan.



Silogisme dan Entimen

·         Pengertian Silogisme

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).

·         Jenis-jenis silogisme

1.      Berdasarkan bentuknya    :
a.     Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
 Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.

§  Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).

§  Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
 Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
Sebagian pejabat korupsi (minor).
Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).

§  Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
§  Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).
Kucing bukan bunga mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
§  Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.


§  Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau adalah binatang.(premis 1)
Kambing bukan kerbau.(premis 2)
Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif



§  Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
Januari adalah bulan.(minor)
Januari bersinar dilangit?

§  Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah binatang.(premis 1)
Domba adalah binatang.(premis 2)
Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
b.      Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
·         Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi).
·         Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
Sekarang bumi telah basah (minor).
Hujan telah turun (konklusi)
·         Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
Kegelisahan tidak akan timbul.
·         Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
  • Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
  • Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
  • Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
  • Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
c.       Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
 Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

d.      Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Contoh entimen:
·         Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
·         Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
e.       Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
·         Silogisme disyungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
Heri jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata Heri berbohong.(premis2)
Ia tidak jujur (konklusi).
·         Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh:
Hasan di rumah atau di pasar.(premis1)
Ternyata tidak di rumah.(premis2)
Hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
·         Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata Hasan berbaju putih.
Hasan bukan tidak berbaju putih.
·         Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
1.      Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi menjadi guru atau pelaut.
Budi adalah guru.
Maka Budi bukan pelaut.
2.      Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
Dia lari ke Solo?
Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar