1.
Penalaran Induktif
Penalaran merupakan
pemiikiran, logika, pemahaman. Penalaran adalah proses berpikir yang dapat
menghasilkan pengertian atau kesimpulan. Penalaran berlawanan dengan panca
indera karena, nalar didapat dengan cara berpikir sehingga dapat mengetahui
suatu kebenaran.
Induktif merupakan hal
yang dari khusus ke umum. Sehingga dapat dikatakan berpikir induktif adalah
pola berpikir melalui hal-hal yang dari khusus lalu dihubungkan ke hal-hal yang
umum.
Penalaran Induktif
adalah Proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang dihasilkan
berdasarkan hasil pengamatan empirik dan mengjasilkan suatu kesimpulan atau
pengetahuan yang bersifat umum.
Contoh penalaran induktif : kucing berdaun telinga berkembang
biak dengan melahirkan. kelinci berdaun telinga berkembang biak dengan
melahirkan. Panda berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan yang
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Bentuk-bentuk Penalaran Induktif:
a.)
Generalisasi
Generalisasi adalah proses
penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
·
Andika Pratama adalah bintang film, dan ia berwajah tamapan.
·
Raffi Ahmad adalah bintang film, dan ia berwajah tampan.
Generalisasi:
Semua bintang film berwajah tampan. Pernyataan “semua bintang film berwajah
tampan” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki
kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Sapri juga bintang iklan, tetapi tidak berwajah tampan.
b.) Analogi
Analogi dalam ilmu
bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana
dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.
Analogi dilakukan karena antara
sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau
peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau
rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah
anlogi induktif atau analogi logis.
Contoh analogi :
Untuk menjadi seorang
pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin
dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat menjadi doktor yang
professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang rajin yang rajin dan
ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola maupun seorang doktor
diperlukan latihan atau pembelajaran.
c) Hubungan Klausal
penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Macam hubungan kausal :
1. Sebab- akibat.
Contoh: Penebangan liar dihutan
mengakibatkan tanah longsor.
2. Akibat
– Sebab.
Contoh: Andri juara
kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik.
3. Akibat – Akibat.
Contoh:Toni
melihat kecelakaan dijalanraya, sehingga Toni beranggapan adanya korban kecelakaan.
2.
Karangan Ilmiah
Karangan ilmiah merukapan suatu
karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan
didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu
,disusun menurut metode tertentu dengan sistematika yang bersantun bahasa dan
isinya dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya.
Tujuan dari pembuatan karangan
ilmiah :
1.
Memberi penjelasan
2.
Member komentar atau penilaian
3.
Memberi saran
4.
Menyampaikan sanggahan
5.
Membuktikan hipotesa
Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang obyektif
dan dapat dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut
prosedur penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat dikategorikan karya
ilmiah, sedangkan bilamana fakta yang disajikan berupa dakta pribadi yang
subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta tidak ditulis secara
ilmiah, karya tulis tersebut termasuk karya tulis non ilmiah.
CIRI-CIRI KARYA ILMIAH
1. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat
ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok
pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian
inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang
dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan
kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut
gagasan tersebut.
2. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi
sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian
inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal
mempersyaratkan adanya abstrak.
3. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah
adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal,
dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang
pertama atau kedua.
4. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku
yang tercermin dari pilihan kata /
istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
PERBEDAAN
KARANGAN ILMIAH DAN NON ILMIAH
Istilah
karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui
orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga
sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah
baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya,
kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang
dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
1.
Karya
ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif).
Faktual
objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti.
Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
2.
Karya
ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan
metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan
terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
3.
Dalam
pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain,
ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan
inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
SIFAT KARYA
ILMIAH
Berbeda dengan tulisan fiksi (novel,
puisi, cerpen), karya ilmiah bersifat formal sehingga harus memenuhi
syarat.Beberapa syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lugas dan tidak emosional
Maksudnya adalah karya ilmiah hanya mempunyai satu arti, tidak memakai kata
kiasan, sehingga pembaca tidak mebuaat tafsiran (interprestasi)
sendiri-sendiri. Karena itu, perlu ada batasan (definisi) oprasional pengertian
suatu istilah, konsep, atau variabe.
2. Logis
Maksudnya adalah kalimat, alinea, subbab, subsubbab, disusun berdasarkan suatu urutan yang konsisten. Urutan disini meliputi urutan pengertian, klasifikasi, waktu (kronologis), ruang, sebab-akibat, umum-khusus, khusus-umum, atau proses dan peristiwa.
Maksudnya adalah kalimat, alinea, subbab, subsubbab, disusun berdasarkan suatu urutan yang konsisten. Urutan disini meliputi urutan pengertian, klasifikasi, waktu (kronologis), ruang, sebab-akibat, umum-khusus, khusus-umum, atau proses dan peristiwa.
3. Efektif
Maksudnya adalah baik alinea atau subbab harus menunjukan adanya satu kebulatan pikiran, ada penekanan, dan ada pengembangan.
Maksudnya adalah baik alinea atau subbab harus menunjukan adanya satu kebulatan pikiran, ada penekanan, dan ada pengembangan.
4. Efisien
Maksudnya adalah hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami.
Maksudnya adalah hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami.
5. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar